Kerasnya
hidup di jakarta membuat kita untuk lebih keras lagi dalam berusaha hidup dan
tinggal di jakarta. Disini saya akan menceritakan pengalaman waktu saya selama
tinggal di jakarta tepatnya di tanjung priuk jakarta utara. Dulu tahun 2009 sampai
2012 saya pernah kerja di tempat hiburan wisata ancol yang berawal dari staff
tiketing atau sering disebut dengan tiket sales pintu gerbang utama hingga
menjadi seorang kasir.
Awal
kerja di ancol saya belumlah memiliki kendaraan pribadi seperti motor sedangkan
saya dulu tinggal di daerah depok dan harus bulak balik kurang lebih 1 bulan
hingga akhirnya saudara menawarkan untuk tinggal bareng di daerah tanjung
priuk. Selama 5 bulan saya berangkat kerja angkutan umum metromini, dan di sini
saya baru pertama kali yang mengalami kecopetan handphone. Tapi dari situ saya
coba untuk lebih berhati-hati di jalan selama di angkutan umum agar tidak
terjadi untuk kedua kalinya.
Dengan
niat yang ingin memiliki motor untuk mempermudahkan saya dalam menempuh ke tempat
kerja atau pulang ke rumah lebih cepat dan singkat. Akhirnya saya memilik motor
ya walau bekas tapi paling tidak saya bangga dengan hasil uang sendiri yang
susah payah saya kumpulkan selama berbulan-bulan.
Sebenarnya
saya agak segan untuk menceritakan hal-hal ini karna ini termasuk aib bagi
perusahaan dimana tempat pernah saya kerja. Karena kalau di lihat-lihat semua
temen kerja saya pada saat itu kebanyakan perantau semua, tetapi mereka selalu
ada saja uang untuk beli ini itu dan barang yang baru dan mahal padahal kalau
dihitung gaji ya samalah standart UMR jakarta pada saat itu masih 1,4 juta.
Setelah usut punya usut ini lah awalnya anak-anak yang kerja di ancol selalu
makmur bergelimang dengan uang yang banyak, bila tidak kuat iman ya sudahlah
maka kita akan sama seperti mereka-mereka ini.
Jadi
anak-anak ancol yang bagian tiket sales yang diluar ruang kasir itu bekerja
sama dengan kasir yang ada didalam ruang kasir dengan cara main tiket atau
manipulasi tiket. Setiap pengunjung ancol yang masuk ancol diwajibkan membayar
tiket masuk ancol terkecuali bila memiliki free pass. Semua pengunjung
berbeda-beda dalam bertransaksi, ada yang memberi uang pas dan ada yang lebih, kalau
lebih tentunya harus kembali donk.
Jadi
apabila pengunjung itu menaiki mobil dan membayar uang dengan lebih dari harga
masuk ancol otomatis pasti kembali. Contohnya saja dari harga tiket 1 orang
15.000 dan parkir mobil 20.000, apabila didalam mobil ada 4 orang jadi 15.000 x
4 orang = 60.000 ditambah parkir 20.000 jadi total 80.000. Seandainya
pengunjung itu memberikan uang selembar 100.000 pastinya kembali 20.000 dan
pada saat mengembalikan uang dibarengi dengan selembar tiket masuk ancol dan
kartu parkir.
Tapi
disini ada kejanggalan dalam bertransaksi pengembalian uang kembali. Jadi, pada
saat tiket sales menyerahkan uang 100.000 kepada kasir, kasir tidak mencetak
tiket print out dan hanya memberi uang kembali 20.000 dan kartu parkir saja.
Karna sebagian banyak pengunjung mereka lebih mementingkan kartu parkir keluar
dan kembalian saja tanpa dengan tiket masuk ancolnya ada apa tidak. Ternyata
uang yang 80.000 itu bukanlah masuk ke laci
kasir melainkan kekantong kasir yang nantinya selama kerja dalam satu jalur dan
satu sift hasilnya semua akan dibagi 2 antara kasir dan tiket sales.
Dalam
satu sift itu mereka berkerja selama 8 jam, dan selama 8 jam itu mereka selalu
bersama karna satu jalur loket dan satu sift. Adapun istirahatnya selama satu
jam, tapi satu jam ini hanya peraturan saja, nyatanya orang istirahat semaunya
dari yang mau pura-pura mau kekamar kecil, makan minum dan merokok sejenak
padahal berjam-jam.
Dalam
melancarkan aksinya mereka memilih-milih pengunjung dan jumlah orang yang masuk
karna mereka hanya mengincar yang pengunjungnya banyak. Dalam satu sift saja di
hari biasa weekday mereka bisa mengantongi uang masing-masing 500-700 ribu.
Tapi berbeda bila mereka beraksi di weeknd seperti sabtu atau minggu yang
pengunjungnya membludak mereka bisa mengantongi masing 1 juta – 1,5 juta
persift.
Ini
semua sudah adatnya dari senior-senior yang sudah lama berkerja disana bahkan
karyawannya juga yang meminta mereka untuk seperti itu dan pasti minta jatah
setoran hasil transaksi. Kita memang butuh uang, karna semua orang, keperluan
dan kebutuhan tidak jauh dari uang. Tapi kita harus bisa memilih cara mana yang
di ridhoi allah untuk sebuah rezeki. Jika dinilai dan dilihat kasus seperti ini
mereka koruptor atau malingkah? Hanya kalian yang bisa menilainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar