Disini
saya akan menceritakan pengalaman sekaligus kisah nyata dari temen saya yang
hidupnya bergantung pada dua hal diatas yang sangat jauh perbedaannya antara
kecanduan ketinggian dan kecanduan narkoba. Tapi menurut dia itu adalah jalur
hidupnya, dua hal yang tidak bisa dilepaskan
Di
awali dari kecanduan narkoba, yang sudah dia kenal semenjak masih SMK tingkat 1
yang awalnya hanya mengenal satu macam narkoba yaitu ganja/cimenk/gele. Awalnya
dia hanya coba-coba dan merasakan efek sampingnya yang bisa membuat dia tenang
dan happy tanpa beban. Hingga pada akhirnya kita semua lulus SMK dan banyak
memilih untuk kerja dan kuliah, termasuk dia yang memutuskan kuliah di salah
satu universitas swasta di jakarta.
Semenjak
dan selama dia kuliah disana dia ternyata sudah merasakan semua jenis narkoba
kecuali jenis putaw dengan jarum suntik. Di awali coba-coba sabu, inex atau
ectasy sudah dia rasakan, memang itu semua berpengaruh dari lingkungan sekitar
dan dari diri sendiri. Yang tadinya dia hanya coba-coba hingga akhirnya dia
tergiur hasilnya dan mencoba bisnis tersebut dengan berjualan ganja dan sabu
untuk sekitar kampus dan teman-teman
dekat kosnya.
Kurang
lebih dua tahun dia menjalani bisnis jual narkoba secara lancar dan tersembunyi
tanpa disadari terciumlah bisnis itu sampai ke telinga oknum kepolisian polres
jakarta selatan. Ternyata dia menjadi DPO (Daftar Pencarian Orang) yang masih
ada nama untuk pencarian orang, beda dengan TO (Target Operasi) klo TO ini
berarti sudah masuk menjadi target inceran polisi dan bisa fatal bila
tertangkap tentunya masuk bui.
Setelah
terdengar namanya telah masuk DPO akhirnya dia memutuskan kabur kurang lebih 2
bulan tidak kuliah karna kabur dari pencarian polisi. Selama 2 bulan dia kabur
dia pergi dengan menjelajah beberapa gunung, karna hobbinya juga naik gunung.
Pada saat itu dia kabur mendaki gunung rinjani dan semeru dan tentunya dengan
membawa uang yang lumayan banyak hasil penjualan dan yang tidak lupa dia selalu
membawa ganja yang paling sedikit dia bawa setengah kilo untuk masa pelarian
dia (katanya sich teman sejati yang menamani) sambil berucap “freedom rastaman
from jamaica, yomaaan”
Setelah
dia merasa aman kembalilah dia kejakarta dan melakukan aktifitas seperti biasa
kuliah, main dan yang pasti make dan jaualan lagi. Klo ngomongin soal ganja
sama dia gak ada abisnya mau melarang gimanapun dia cukup menjawab “tuhan
menciptakan manusia, hewan dan tanama. Tuhan menciptakan ketiganya pasti
memiliki fungsi dan manfaat, begitu juga dengan ganja yang berasal dari tanaman
alam, tanpa ditanam mereka akan tumbuh sendiri. Ganja berasal dari alam dan tak
ada yang bisa menghentikan beda dengan narkoba jenis lain yang dibuat oleh
manusia”.
Tapi
klo dipikir-pikir ya benar juga, tanaman yang ada di alam pasti memiliki fungsi
dan manfaat. Tetapi, bagaimana kita sendiri yang menilai dan memproses barang
itu menjadi seperti apa. Contohnya saja ganja dipakai untuk bumbu masakan
padang dan di bidang kesehatan dipakai untuk penenang, asal ada takaran dan
mengikuti resep dokter.
Dia
mengakui klo dia sangat kurang merokok tapi lebih sering ngeganja karna buat
dia ganja sama rokok ya sama-sama dihisap hanya beda efek saja. Dan setiap dia
naik gunung dia selalu membawa ganja, baik naik sendiri maupun berapa orang
yang penting dia bisa menghisap ganja. Dia naik gunung hampir sebulan sekali,
setiap hasil jualan ganja selalu dia sisihkan untuk naik gunung. Karena menurut
dia mendaki gunung sebuah keperluan dan menghisap ganja adalah sebuah
kebutuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar