Kamis, 05 Juni 2014

POLITIK NEGERI DONGENG 1




Seperti yang sudah kita lihat dan kita dengar di berita, media cetak dan mulut ke mulut, bahwa negri ini sedang sibuk dalam melakukan proses pemilihan calon presiden. Kita langsung bahas saja salah satu contohnya kandidat capres dan cawapres JW&JK, dimana sang cawapres pernah menduduki posisi wakil presiden (2004-2009) dan di periode berikutnya pemilihan presiden (2009-2014) dia mengajukan untuk menjadi capres dan ternyata kalah. Sekarang JK rela mendampingi JW untuk menjadi wakilnya, dilihat dari obsesinya yang amat sangat ingin menjadi presiden atau wakil presiden apa yang dia cari dan apa yang dia inginkan dari negeri ini? Harta atau jabatan serta kehormatan?

Disisi lain sang capres JW adalah mantan gubernur Jakarta yang baru menjabat terhitung mungkin satu tahun setengah tapi dia sudah berani meninggalkan tugasnya sebagai gubernur Jakarta disaat Jakarta butuh pemimpin yang bisa mendengar keluhan dan aspirasi rakyat Jakarta, disaat Jakarta masih memiliki banyak pekerjaan yang belum terselesaikan dari banjir, macet dan transportasi. Lalu apa yang dilihat JW dalam pencalonan dirinya sebagai capres? Harta, jabatan atau hanya sebagai boneka pendorong dari pimpinan si moncong putih? 

Jika kita liat flash back pada saat pemilihan calon gubernur Jakarta, JW adalah calon usutan dari partai PDI-P dan GERINDRA. Tapi seperti yang dilihat sekarang bahwa JW menjadi rival PS dalam pencalonan sebagai presiden. Ingatkah kalian saat JW mencalonkan diri menjadi presiden dan meninggalkan tugas utamanya sebagai gubernur, siapa yang meminta maaf kepada publik dan media? Ya benar, orang itu adalah PS ketua umum gerindra, salah satu pengusut pencalonan JW dalam menjadi seorang gubernur Jakarta. 

Ibarat pribahasa posisi JW adalah bagai kacang yang lupa akan kulitnya. Dimana JW telah melupakan jasa-jasa PS yang sudah membantu JW dalam mencapai posisi gubernur jakarta. Klo dilihat-lihat apa yang dikejar JW dalam pencalonan dirinya sebagai capres dengan meninggalkan tugas utama yang baru berjalan satu setengah tahun yang belum ada perubahan signifikan selama dia menjabat sebagai gubernur, malah yang ada bertambah masalah dengan adanya kasus transjakarta yang sering bermasalah.

Sebelumnya saya mohon maaf atas tulisan ini karna tidak bermaksud untuk menyerang salah satu capres tapi melainkan saya hanya meluapkan opini dan pendapat rakyat kecil. Dan di tulisan berikutnyapun pasti akan saya tuliskan tentang capres satunya lagi agar adil biar tidak ada kecemburuan sosial.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar